EDITORIAL
Sangat prihatin juga jika ada yang mengatakan Ekonomi Tanah Bumbu Terpuruk.
Jika kita menyebut Tanah Bumbu, berarti kita melibatkan orang yang jumlahnya sangat banyak; satu kabupaten yang terdiri dari Kecamatan, Kelurahan, Desa hingga tingkat RW dan RT.
Kita tentu tidak bersikap apriori terhadap satu atau lebih pernyataan yang menuding perekonomian di Tanah Bumbu kini sedang keterpurukan. Tapi kita semua tentu perlu bertanya parameter atau tolok ukur apa yang dipakai untuk menyatakan lebih-lebih melegitimasi atau melegalisasi pernyataan tersebut. Apakah setiap orang boleh atau dikatakan sah jika membuat pernyataan mengatakan ekonomi Tanah Bumbu terpuruk ?
Tentu tidak.
Seseorang yang kondisi ekonominya stabil, masih bisa hidup layak, tapi dikarenakan sakit hati, lalu membuat pernyataan seolah-olah ia sedang mewakili banyak orang; tak bisa dijadikan tolok ukur. Kemudian seseorang yang dengan maksud-maksud politis, membuat pernyataan dengan maksud menyerang rival politknya, sedangkan ia bukanlah seseorang yang berkompeten dalam bidang ekonomi, atau bukan pakar ilmu ekonomi yang disertifikasi oleh lembaga tertentu; sama sekali bukan ranah dia membuat pernyataan dan membangun opini untuk mempengaruhi publik.
Tiap bidang ada memiliki yang namanya Pakar, Ahli, atau kumpulan para Pakar dan Ahli dalam satu lembaga yang memiliki kompetensi dan sertifikasi untuk membuat pernyataan berdasarkan berbagai premis dan sampel dari objek yang diriset atau survey.
Menyatakan ekonomi Tanah Bumbu terpuruk; kita tentu akan setuju (atau sebagian setuju) jika yang merilis pernyataan tersebut adalah satu Lembaga Survey Ekonomi, atau Lembaga Survey Moneter dan Finasial, dan atau itu dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah melakukan sensus atau survey ekonomi dan hal-hal ikutannya.
Jika cuma Saya, Kita, Kami, Anda, Kalian, Mereka, Dia yang nota bene tak memiliki kompetensi apapun terkait bidang ekonomi, atau lebih parah lagi bukan seorang yang memiliki latar belakang keilmuan di bidang ekonomi; ini hanyalah seperti seorang atau beberapa orang yang sedang duduk-duduk di satu warung kopi dan berdebat kusir.
Seseorang yang telah menamatkan kuliahnya di bidang ekonomi, kemudian memperoleh gelar Sarjana Ekonomi saja tak lantas ia bisa disebut sebagai Ahli Ekonomi, apalagi seseorang yang tak memiliki dasar keilmuan apapun di bidang ekonomi.
Saya mengingatkan kita semua untuk tidak secara gampang menilai sesuatu dengan cuma berkaca pada diri sendiri dan mengklaim kondisi yang kita alami juga dialami oleh setiap orang. Tunggu sajalah sampai ada Lembaga resmi yang membuat rilis apakah benar Ekonomi Tanah Bumbu sedang terpuruk. (ISp)
courtesy : kompas.com |
Jika kita menyebut Tanah Bumbu, berarti kita melibatkan orang yang jumlahnya sangat banyak; satu kabupaten yang terdiri dari Kecamatan, Kelurahan, Desa hingga tingkat RW dan RT.
Kita tentu tidak bersikap apriori terhadap satu atau lebih pernyataan yang menuding perekonomian di Tanah Bumbu kini sedang keterpurukan. Tapi kita semua tentu perlu bertanya parameter atau tolok ukur apa yang dipakai untuk menyatakan lebih-lebih melegitimasi atau melegalisasi pernyataan tersebut. Apakah setiap orang boleh atau dikatakan sah jika membuat pernyataan mengatakan ekonomi Tanah Bumbu terpuruk ?
Tentu tidak.
Seseorang yang kondisi ekonominya stabil, masih bisa hidup layak, tapi dikarenakan sakit hati, lalu membuat pernyataan seolah-olah ia sedang mewakili banyak orang; tak bisa dijadikan tolok ukur. Kemudian seseorang yang dengan maksud-maksud politis, membuat pernyataan dengan maksud menyerang rival politknya, sedangkan ia bukanlah seseorang yang berkompeten dalam bidang ekonomi, atau bukan pakar ilmu ekonomi yang disertifikasi oleh lembaga tertentu; sama sekali bukan ranah dia membuat pernyataan dan membangun opini untuk mempengaruhi publik.
Tiap bidang ada memiliki yang namanya Pakar, Ahli, atau kumpulan para Pakar dan Ahli dalam satu lembaga yang memiliki kompetensi dan sertifikasi untuk membuat pernyataan berdasarkan berbagai premis dan sampel dari objek yang diriset atau survey.
courtesy : klikpositif.com |
Jika cuma Saya, Kita, Kami, Anda, Kalian, Mereka, Dia yang nota bene tak memiliki kompetensi apapun terkait bidang ekonomi, atau lebih parah lagi bukan seorang yang memiliki latar belakang keilmuan di bidang ekonomi; ini hanyalah seperti seorang atau beberapa orang yang sedang duduk-duduk di satu warung kopi dan berdebat kusir.
Seseorang yang telah menamatkan kuliahnya di bidang ekonomi, kemudian memperoleh gelar Sarjana Ekonomi saja tak lantas ia bisa disebut sebagai Ahli Ekonomi, apalagi seseorang yang tak memiliki dasar keilmuan apapun di bidang ekonomi.
Saya mengingatkan kita semua untuk tidak secara gampang menilai sesuatu dengan cuma berkaca pada diri sendiri dan mengklaim kondisi yang kita alami juga dialami oleh setiap orang. Tunggu sajalah sampai ada Lembaga resmi yang membuat rilis apakah benar Ekonomi Tanah Bumbu sedang terpuruk. (ISp)
Posting Komentar